Selasa, 19 Maret 2013

SMK (Sekolah Mencetak Kuli)


Kurikulum pendidikan di Indonesia silih berganti namun tetap tak bisa merubah pola pikir peserta didik. Mayoritas peserta didik bercita-cita pasca kuliah bekerja dengan pakaian rapi dan bergaji bulanan. Bahkan tak sedikit oknum Guru di Indonesia menanyakan ke alumni, pekerjaan apa yang sedang alumni jalankan, bukan bisnis apa yang sedang alumni kembangkan. Tak heran sekarang setiap lowongan kerja diperebutkan banyak orang dan makin banyak sarjana menganggur. Hal ini disebabkan sangat sedikitnya jiwa wirausaha dikalangan peserta didik.
Selama ini pemerintah menggalakan SMK dengan kurikulum berorientasi dunia kerjasebagai pencetak tenaga terampilPemerintah seakan ingin memperbanyak pemuda terampil terserap di lapangan kerja dan pengangguran terus berkurang. Namun dengan maraknya sistem outsourching banyak alumni SMK yang terus bergonta-ganti tempat kerja dan ketika mereka dianggap sudah tidak produktif, perusahaan enggan memakainya kembali.
Jika pola pikir kalangan pendidikan kita hanya sebagai pencari kerja bukan pencipta lapangan kerja maka selamanya kita dijuluki NKRI (Negara “Kuli” Republik Indonesia). Solusi mengatasi masalah ini yaitu merubah kurikulum “worker oriented” dengankurikulum yang menitikberatkan jiwa wirausaha pada peserta didik. Sehingga mereka tidak kebingungan mencari kesibukan pasca lulus.
Pekerja bukanlah profesi hina namun alangkah lebih baik menjadi wirausahawan yang notabene penyerap tenaga kerja. Seandainya tenaga terampil kita berjiwa wirausaha, tidak mustahil ekonomi kita terus membaik dan SMK bukan lagi Sekolah Mencetak “Kuli” tetapi berganti menjadi Sekolah Mencetak “Konglomerat”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar