Kamis, 16 Mei 2013

Aktivis ’98, masihkah seidealis dulu?

Lengsernya Presiden Soeharto lima belas tahun yang lalu mengingatkan kita pada aksi demo ribuan mahasiswa. Saat itu mereka menuntut turunnya Presiden Soeharto dengan cara melakukan aksi diberbagai kota di Indonesia. Mereka sangat kritis menyikapi segala kebijakan orde baru yang menurut mereka sudah keterlaluan. Aksi merekapun dibalas sikap represifitas aparat, beberapa Mahasiswa akhirnya tewas dalam kericuhan Mei 1998 tersebut.
            Aktivis mahasiswa saat itu sangat muak dengan Soeharto dan kroni-kroninya yang mereka anggap sarang KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Mereka menilai selama tiga puluh dua tahun, Soeharto memerintah dengan tangan besi. Merekapun lebih memilih terjun ke jalan melakukan aksi daripada konsen di bangku kuliah. Tak heran Mahasiswa era ’98 banyak menjadi “mahasiswa abadi” yang tak kunjung lulus meski telah bertahun-tahun kuliah.
Lawan politik Soehartopun tak kuat melawan tindakan rezim Soeharto yang mereka anggap suatu kediktatoran . Hingga banyak diantara mereka yang memilih hidup di luarnegeri dari pada terkekang di Ibu pertiwi. Merekapun bersyukur dengan adanya gerakan para aktivis ’98 yang menuntut pembebasan Tahanan Politik (Tapol) dan Narapidana Politik (Napol).
Tahun berganti tahun, zamanpun berganti. Dahulu mereka masih duduk di bangku kuliah di usia 20-an, sekarang banyak dari mereka yang menduduki jabatan strategis dengan segala macam fasilitasnya. Dahulu mereka sangat aktif orasi di jalan raya mengkritisi kebijakan pemerintah, sekarang sebagian dari mereka banyak yang aktif  didemo juniornya (aktivis mahasiswa sekarang). Dahulu mereka kemana-mana menggunakan bus kota yang sumpek dan pengap sekarang sebagian dari mereka telah nyawan di dalam mobil mewah fasilitas Negara.
Saya sebagai mahasiswa era sekarang berharap tidak semua aktivis ’98 seperti itu, dan saya yakin masih banyak aktivis ’98 yang seidealis dulu. Aku bangga dengan Ibu  pertiwi tapi muak dengan oknum-oknum penghianat kepercayaan rakyat. Maju terus negeriku!

3 komentar:

  1. berat bang, pada faktanya pelaku yang terlibat dg kasus korupsi dan sebagainya juga banyak terlahir dari proses tersebut. antara idealis dan realistis cukup membuat pergerakan mereka cukup dilemastis, alhasil banyak yang justru terjebak dalam politik praktis. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apakah hal itu kelak akan kita jumpai bang?
      :-D

      Hapus
    2. bisa jadi, karena itu kita benar-benar perlu benteng pemahaman yang akurat. agar nantinya benar-benar bisa memilah mana kawan mana lawan...karena sekarang keduanya sering terlihat serupa tapi tak sama.. hee salam hangat.. :D

      Hapus